Jumaat, 1 Oktober 2010

Mengenal Misa Ekaristi

Ekaristi Berasal dari bahasa Yunani “eucharistia”, artinya “syukur”, – merupakan ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam Ekaristi, Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur (lih Luk 22:19). Puncak Liturgi adalah Ekaristi.

Apakah Ekaristi sama dengan Misa?
Dalam percakapan sehari-hari, kata misa dipahami dalam arti Perayaan Ekaristi.
Kata Misa berasal dari rumus penutup Perayaan Ekaristi dalam bahasa Latin: “ite,missa est” : “Pergilah, misa sudah selesai”. Tata Perayaan Ekaristi (TPE) memasukkan unsur “pengutusan” ke dalam bagian akhir TPE ini. Untuk itu TPE baru menampilkan rumus: “Marilah pergi. Kita diutus”.

Dengan merayakan Ekaristi… Kita bertemu dengan Tuhan Yesus, baik melalui sabdaNya maupun TubuhNya. Selain itu, kita dipersatukan sebagai umat Allah.



Mengapa kita wajib merayakan Ekaristi di Hari Minggu dan Hari Raya?
  1. Bersama seluruh umat beriman kita merayakan dengan penuh syukur karya penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus lewat peristiwa wafat dan kebangkitanNya; Yesus sendiri bersabda, “…lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku” (bdk. Luk 22:19).
  2. Bersama umat beriman lainnya kita mengucap syukur karena dari hari Senin sampai Sabtu kita sudah diberi kekuatan, kesehatan, perlindungan, rejeki, dan lain-lain (bdk. Kis 2:46).
  3. Sepuluh Perintah Allah yang ke-3 mengatakan “Kuduskanlah Hari Tuhan”.
  4. Lima Perintah Gereja yang ke-2 mengatakan “Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu”.

Struktur Perayaan Ekaristi
Dua bagian: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Sehingga merupakan satu tindak ibadat. Sebab dalam Perayaan Ekaristi itu, Sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi umat dan Tubuh Kristus menjadi santapan bagi orang-orang beriman.

Tahukah Anda?
  • Hanya imam, oleh karena tahbisannya, yang bisa memimpin Ekaristi.
  • Ekaristi berbeda dengan Ibadat Sabda. Disebut Ekaristi bila ada imam, Doa Syukur Agung (DSA) dan Komuni.
  • Orang boleh merayakan Ekaristi 2 kali dan menerima Komuni Kudus 2 kali pula dalam hari yang sama.
  • Hanya orang yang sudah dibaptis secara Katolik atau diterima ke dalam Gereja Katolik dan telah menerima Komuni Pertama yang boleh menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi.
  • Kolekte (derma) dalam Perayaan Ekaristi dalam Gereja Katolik tidak dibatasi dalam “persepuluhan”, tetapi “suka rela” artinya tidak hitung-hitungan, tetapi tulus (mungkin bisa kurang dan atau bisa lebih dari “persepuluhan”).
  • Rumusan doa pengampunan pada bagian awal Perayaan Ekaristi tidak berarti umat tidak perlu Sakramen Tobat. Bahkan yang punya dosa berat disarankan menerima Sakramen Tobat dahulu agar layak menyambut Tubuh dan DarahNya.


Tips Merayakan Ekaristi
+ Berpuasa 1 jam sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi.
+ Hadir lebih awal dengan pakaian pantas.
+ Persiapkan diri dengan menciptakan waktu teduh di dalam Gereja.
+ Sadari dan mohon ampun atas kesalahan dan dosa.
+ Ikut terlibat dalam menyanyi dan menjawab ajakan pemimpin Ibadat.
+ Dengarkanlah apa yang Allah ingin beritakan lewat bacaan-bacaan Kitab Suci dan Kotbah   
   Imam.
+ Mempersatukan persembahkan diri kita dengan roti dan anggur yang akan diubah menjadi 
   Tubuh dan Darah Kristus.
+ Sembahlah Dia di saat konsekrasi dengan segenap hati dan budi kita.
+ Sampaikan Salam Damai kepada saudara-saudari kita dengan tulus.
+ Terimalah Hosti Kudus dan sapalah Dia secara pribadi dalam hati dan budi kita.
+ Ciptakan saat teduh dan doa pribadi setelah Komuni.
+ Jangan tinggalkan Perayaan Ekaristi sebelum mendapat berkat penutup lewat imam.
+ Bersiaplah menjalani hidup harian kita dengan membagi-bagi berkat Ekaristi yang kita 
  dapatkan.
+ Kita diutus untuk membawa damai.

Mujizat Ekaristi: Lanciano, Italia (Sekitar tahun 700M)

Lanciano adalah sebuah kota kecil di pesisir Laut Adriatic, Italia. Pada waktu itu dikenal sebagai Anxanum, sebuah kota Romawi kuno yang terletak di bagian tenggara kota Roma. Lanciano berarti tombak. Di sana, para biarawan St. Basilius mendirikan sebuah biara di bawah perlindungan St. Longinus. Menurut tradisi, Longinus yang berasal dari kota tersebut, diyakini sebagai kepala pasukan dalam peristiwa salib dan ia pula yang menikamkan tombaknya ke Lambung Yesus hingga mengalir Darah dan Air (Yoh 19:34) Longinus bertobat setelah peristiwa penyaliban dan akhirnya wafat sebagai martir karena imannya.

Pada masa terjadinya Mukjizat Ekaristi ini, suatu bidaah (ajaran sesat) menyebar dalam Gereja menendang ajaran tentang Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi.

Suatu hari, seorang imam biarawan dari Ordo Basilius mempersembahkan Kurban Misa Kudus. Meskipun kita tidak mengenal identitasnya, suatu dokumen kuno menggambarkannya sebagai, ”…memahami benar ilmu pengetahuan dunia tetapi acuh terhadap Tuhan.” Tampaknya, ia dikuasai keragu-raguan akan trans-substansio. Ia tersiksa dengan pertanyaan apakah roti dan anggur sungguh berubah substansinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus pada saat kata-kata konsekrasi diucapkan, dan apakah Kristus sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus.

Ketika Imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, tubuhnya bergetar dan berguncang hebat. Di hadapan umat, ia menunjukkan apa yang telah terjadi, “Hosti telah berubah menjadi Daging dan anggur menjadi Darah.” Imam sungguh terkejut. Ia menangis penuh sukacita dan ketika ia telah tenang kembali, ia berseru kepada umat yang berkumpul di sekeliling altar, katanya, “O saksi-saksi yang berbahagia, kepada siapa Allah Maha Kudus, untuk menghalau ketidakpercayaanku, telah bersedia menyatakan Diri-Nya dengan nyata di hadapan mata kita! Mari, saudara-saudaraku, kita mengagungkan Allah kita, yang begitu dekat dengan kita. Lihatlah Daging dan Darah Kristus kita yang Terkasih.” Mereka yang menyaksikan mukjizat segera saja menyebarluaskan berita tersebut ke seluruh wilayah di sekitarnya.

Segera sesudah mukjizat terjadi, Darah mengental menjadi lima gumpalan darah yang berbeda ukuran, tetapi Daging tetap tak berubah. Uskup Agung memerintahkan agar dilakukan penelitian. Kesaksian para saksi dicatat. Daging dan Darah tampak seperti daging dan darah manusia. Bapa Uskup agung mengirimkan timbangan untuk menimbang berat gumpalan Darah, masing-masing gumpalan ditimbang dan didapati bahwa berat msaing-masing sama dengan yang lainnya (meskipun berbeda ukurannya). Pada akhirnya, Daging dan gumpalan Darah ditempatkan dalam sebuah wadah khususs yang terbuat dari gading, tetapi tidak disegel kedap udara. Para pejabat Gereja memaklumkan mukjizat meskipun dokumen aslinya hilang pada abad ke-16.

Selama berabad-abad, ordo-ordo religius yang berbeda merawat Gereja dan relikwi. Pada mulanya, para Basilian hingga tahun 1176, kemudian para Benediktin hingga tahun 1252, dan sejak itu para biarawan Fransiskan. Pada tahun 1258, para Fransiskan mendirikan sebuah gereja baru di bawah perlindungan St. Fransiskus dari Asisi, menggantikan Gereja St. Longinus yang mulai rusak. Hinffa sekarang, relikwi berada dalam Basilika St. Fransiskus Asisi di bawah pemeliharaan para Fransiskan.
Sejak penelitiaan yang pertama, Gereja telah memberikan izin atas penelitian-penelitian lain terhadap relikwi tersebut. Pada tahun 1574, Monsignor Rodrigues sekali lagi menimbang berat kelima gumpalan Darah di hadapan saksi-saksi, sampai pada kesimpulan yang sama. Patut diingat bahwa walaupun delapan abad telah berlalu, tidak didapati tanda-tanda kerusakan relikwi.

Pada tahun 1713, wadah relikwi asli yang terbuat dari gading diganti dengan wadah dari perak dan Kristal. Daging ditempatkan dalam sebuah monstran, seperti pada pentahtaan Hosti Kudus, dan gumpalan-gumpalan Darah ditempatkan dalam piala perak, yang oleh sebagian orang dipercaya sebagai piala asli yang dipergunakan imam dalam Misa.

Penelitian paling seksama dilakukan pada tahun 1970-1971. Paus Paulus VI mengizinkan dilakukannya serangkaian penelitian ilmiah atas relikwi yang amat berharga itu guna menguji hakikatnya. Dr. Odoardo Linoli, seorang professor anatomi, patologi, histologi, kimia dn mikroskopi klinikal, sekaligus dokter kepala Rumah Sakit Arezzo, memimpin penelitian. Ia dibantu oleh Dr. ruggero Bertelli, professor anatomi manusia di Universitas Siena yang telah pensiun. Analisa dilakukan sesuai dengan standar ilmiah dan didokumentasikan. Dr. Bertelli secara independen menguatkan hasil penelitian Dr. Linoli. Pada tahun 1981, dengan mempergunakan teknologi kedokteran yang lebih canggih, Dr. Linoli melakukan penelitian histological yang kedua, hasil penelitian tersebut tidak hanya memperkuat hasil penelitian sebelumnya, melainkan juga memberinya informai-informasi baru.

Penemuan-penemuan utama dari penelitian meliputi yang berikut ini: Daging, berwarna kuning kecoklatan, memiliki struktur myocardium (otot jantung) dan endocardium (lapisan dalam dinding jantung), membran terdiri dari jaringan ikat serat elastis yang melapisi rongga jantung. Semuanya serupa dengan yang terdapat dalam jantung manusia. Tidak ditemukan adanya bahan pengawet.
Darah adalah juga darah manusia dengan golongan darah AB. Protein dalam gumpalan Darah terbagi atas rasio persentase yang sama seperti didapati dalam protein serum yang secara normal terdapat dalam darah segar manusia. Dalam Darah terkandung mineral-mineral berikut: khlorida, fosfor, magnesium, kalium, sodium dan kalsium.

Profesor Linoli menegaskan bahwa darah, jika diambil dari jenazah, pastilah akan segera rusak. Karena contoh relikwi berasal dari beberapa abad silam, bebas dari bahan pengawet dan tidak pernah disegel kedap udara dalam wadah, mestinya Daging dan Darah tersebut sudah rusak. Tetapi, ia menekankan bahwa contoh daging dan darah memiliki sifat-sifat seperti daging dan darah manusia yang masih segar.
Terlebih lagi, kedua dokter berkesimpulan bahwa hanya seorang ahli patologi yang terampil serta cakap dapat menghasilkan contoh (sample) yang sedemikian itu, suatu potongan tangendial jantung (pemotongan secara miring) – suatu potongan bulat, tebal di bagian pinggir luar dan semakin menipis serta sama ke arah pusat.

Mukjizat Ekaristi terjadi lagi di Lanciano pada 2 Juni 1992, ketika Misa Kudus dipersembahkan oleh Pastor J. Orbos dan dihadiri oleh Julia Kim, visiuner Bunda Maria dari Naju.

Mukjizat Lanciano di Italia ini adalah salah satu dari sebagian besar Mukjizat Ekaristi yang terjadi di seluruh dunia dimana Tuhan Yesus ingin menyatakan bahwa dalam Perayaan Ekaristi, DiriNya benar-benar hadir.

Ekaristi mengingatkan kita kembali akan karya penebusan dalam sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Dalam Ekaristi, Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur yang sudah selayaknya kita hormati.

Sumber : http://gerejastanna.org

Tiada ulasan: