Selasa, 19 Oktober 2010

Trowulan: Ibukota Kerajaan Majapahit

Situs Trowulan merupakan tempat satu-satunya kota jaman kuno Hindu-Budha di Indonesia yang masih dapat ditemukan. Situs ini meliputi area seluas 11 km x 9 km, yang meliputi Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno di Kabupaten Jombang. Situs bekas ibukota Kerajaan Majapahit dibangun pada medan datar di kaki tiga gunung, yaitu Penanggungan, Welirang, dan Anjasmoro. Secara geografis, wilayah Trowulan ini cocok untuk pemukiman manusia karena didukung oleh topografi wilayah dengan air tanah yang relatif dangkal. Ratusan ribu sisa-sisa arkeologi kota tua di Situs Trowulan ditemukan terkubur di bawah tanah maupun di permukaan dalam bentuk: artefak, eko-fakta, dan fitur.

Situs menarik dari sisa-sisa Majapahit ditemukan melalui penelitian yang luas dan panjang. Pada penelitian pertama di Situs Trowulan dilakukan oleh Wardenaar tahun 1815. Ditugaskan oleh Sir Raffles, Wardenaar membuat catatan dari relik arkeologi di Daerah Mojokerto dan karyanya dikutip dalam buku Raffles 'History "Jawa" (1817) yang memaparkan berbagai benda arkeologi yang ditemukan di Trowulan dari Kerajaan Majapahit.



Pada tahun 1849, sebuah tim arkeolog, WR van Hovell, JVG Brumund, dan Jonathan Rigg menerbitkan penelitian mereka dalam "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur". Buku lain atas hasil temuan Trowulan berjudul "Toelichting atas Pilaar van den Ouden Majapahit" ditulis oleh J. Hageman pada tahun 1858. Kemudian, R.D.M. Verbeek melakukan kunjungan situs untuk Trowulan dan menerbitkan sebuah laporan dalam sebuah artikel berjudul "Oudheden van Majapahit tahun 1815 en 1887", yang diterbitkan dalam TBG XXXIII tahun 1889. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh R.A.A. Kromodjojo Adinegoro seorang Bupati Mojokerto (1849-1916) yang memiliki kepedulian besar pada Warisan Arkeologi di Trowulan. Dia menggali sistem air tua yang bernama "Tikus" Temple atau Kuil Mouse dan Adinegoro juga memprakarsai berdirinya Museum Mojokerto yang menampung benda arkeologi Kerajaan Majapahit. Sementara itu, J. Knebel, anggota voor op Comissie Oudheidkundig Jawa Orderzoek en Madura pada tahun 1907 didokumentasikan warisan arkeologi dari Trowulan. Sarjana lain, NJ Krom, meninjau Heritage dari Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam bukunya Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst (1923).

Penelitian yang lebih intensif dilakukan pada pembentukan Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) pada tahun 1924 yang diprakarsai oleh RAA Kromodjojo Adinegoro bekerjasama dengan seorang Belanda bernama Ir. Henry Maclaine Pont dengan kantor di Trowulan. Kantor ini ditetapkan sebagai museum ke rumah dan benda-benda pameran warisan dari era Majapahit. Antara 1921-1924, Maclaine Pont memimpin penggalian di Trowulan untuk memverifikasi data dari naskah Nagarakartagama dan memberikan sketsa awal rekonstruksi kota Majapahit di Trowulan.

Stutterheim yang melakukan penelitian pada struktur ibukota Kerajaan Majapahit juga menggunakan naskah Nagarakartagama Pupuh VIII - XII sebagai acuan utama dan menyimpulkan bahwa perencanaan Istana Majapahit adalah sama dengan yang terjadi pada Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa konstruksi di kompleks istana menyerupai desain kompleks istana Bali (Stutterheim, 1948).

Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada 1970-an sampai 1993. Pusat Penelitian melanjutkan mencari bukti lebih dari kota tua melalui penggalian arkeologi menggunakan petunjuk (nama tempat) yang ditemukan dalam naskah Nagarakartagama sebagai acuan atau berdasarkan temuan baru yang ditemukan oleh penduduk setempat. Penelitian pada waktu itu menerapkan strategi sporadis dan telah ditemukan bahwa Situs Trowulan merupakan akumulasi dari berbagai artefak tidak hanya menunjukkan bukti permukiman manusia, tetapi juga situs lain digunakan untuk kegiatan seremonial, ritual, tempat-tempat suci, kegiatan industri, rumah potong, penguburan , padi ladang, pasar, saluran air dan waduk. Situs-situs tersebut dibagi kota ini menjadi daerah yang lebih kecil yang dihubungkan dengan sistem jalan. Namun, hasil dari penelitian ini belum mampu memberikan potret lengkap dari seluruh kota Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca dalam literatur-nya menulis di Nagarakartagama.

Sebuah pemahaman yang lebih komprehensif dari Situs Trowulan diperoleh melalui foto udara dari situs yang diambil oleh Tim Geografi Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa Situs Trowulan adalah kota yang memiliki sistem saluran. Sejak 1926, berbagai studi telah mengungkapkan bahwa Situs Trowulan memiliki 18 bendungan besar dan kecil yang terhubung ke sistem irigasi dengan saluran lebar dan sempit. Dari tampilan udara kota tua Majapahit, dapat diamati bahwa saluran air kuno yang dibangun simetris dan tampaknya telah membentuk kota.

Tahun demi tahun, lebih banyak penelitian dan kegiatan pelestarian dilakukan di Situs Trowulan tidak hanya oleh Pusat Pelestarian Warisan Budaya Jawa Timur, yang bertanggung jawab untuk melestarikan situs, tetapi juga oleh lembaga lain dan akademisi yang memiliki kepedulian terhadap warisan mulia Kerajaan Majapahit di Situs Trowulan. Seperti waktu berjalan, situs banyak bangunan dan sisa-sisa pemukiman manusia telah digali, diperbaiki, dipelihara dan digunakan seperti Candi Tikus, Candi Bajangratu, Candi Gentong, Candi Wringinlawang, Candi Kedaton, dan Penyelesaian Sentonorejo.

Ribuan artefak dari Situs Trowulan telah ditemukan dan diawetkan. Sebagian besar artefak yang ditemukan oleh para ahli dan yang ditemukan oleh masyarakat setempat diselenggarakan di Pusat Informasi Majapahit atau dikenal sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM). Artefak Majapahit diklasifikasikan berdasarkan bahan material dari artefak:

a.    Terracotta Arkeologi (terbuat dari tanah liat gerabah) terdiri dari: 1) / Patung Patung atau patung manusia (menampilkan ras yang berbeda seperti Cina, India, Arab); 2) Domestik peralatan seperti teko air, bak air, piggy-bank; 3) alat produksi, antara lain: cetakan patung, kowi (cetakan logam yang baik, terbuat dari tanah liat), dan 4) Unsur-unsur bangunan dan rumah seperti rumah miniatur, pilar sebagai maquette, genteng, puncak gunung, pipa air, dan jaladwara (candi saluran air).

b.    Keramik artefak (terbuat dari keramik) seperti piring, mangkuk, vas, sendok baik buatan lokal atau dari asal asing.

c.    Logam artefak (terbuat dari logam) antara lain: koin baik buatan lokal dan asing dari asal-usul, peralatan yang digunakan untuk upacara seperti lonceng, cermin, tukang roti zodiak, membakar dupa.

d.    Artefak batu (terbuat dari andesit atau tuf) seperti relief, patung dan tablet batu.

Menganalisis berbagai artefak ini, banyak peneliti kemudian mempelajari lebih lanjut peradaban era Majapahit, terkait dengan berbagai aspek seperti sistem ekonomi, agama, sastra, teknologi, seni, hukum, pertanian dan lingkungan. Hasil dari studi dan penelitian mendalam telah memperkaya kekayaan pengetahuan tentang temuan dari Kerajaan Majapahit dan telah memungkinkan para ahli untuk merekonstruksi peradaban waktu itu.

Berdasarkan temuan warisan tersebar baik dalam bentuk sisa-sisa bangunan kuno dan permukiman manusia serta artefak individu, Nurhadi Rangkuti kemudian mengajukan hipotesis bahwa wilayah ibukota Majapahit di Trowulan meliputi area seluas 9 x 11 persegi km. Hipotesa ini berlaku analogi pola kota di era Mataram Islam yang menunjuk sebuah masjid sebagai tetenger (patokan) untuk perbatasan kerajaan. Dengan asumsi bahwa budaya merupakan proses difusi lanjutan, kota Kerajaan Majapahit pasti didasarkan pada suatu konsep perencanaan kota yang mungkin mirip dengan Kerajaan Mataram.

Hasil dari penelitian ini yang luas di Situs Trowulan jelas menunjukkan bahwa Situs Trowulan adalah lokasi dari sisa ibukota Kerajaan Majapahit selama lebih dari 200 tahun antara 13 - abad ke-15 Masehi, dan situs ini dihargai sebagai penting bagian dari perjalanan di Indonesia sejarah dan budaya peradaban.

Pembenaran Nilai Universal Posisi
(I) Merupakan sebuah karya jenius kreatif manusia
Beragam artefak yang mendukung Situs Trowulan sebagai ibukota Kerajaan Majapahit dapat diamati sampai hari ini. Sisa-sisa arkeologi dan ribuan artefak yang ditemukan di Situs Trowulan indikasi kuat bahwa Trowulan adalah sebuah kota modern pada saat itu.
Dari bukti-bukti arkeologi yang ditemukan di situs tersebut, dapat disimpulkan bahwa ibu kota Kerajaan Majapahit di Situs Trowulan dibangun melalui proses musyawarah dan dilakukan dengan perencanaan yang menyeluruh dengan arsitektur modern yang rinci dan mempromosikan kearifan lokal dalam merawat lingkungan. Ini memberikan bukti dari akumulasi pengetahuan dan ide-ide dari peradaban canggih dari nenek moyang Indonesia pada abad ke-12 dan 14 AD.

Beberapa ahli mempelajari Situs Trowulan untuk menafsirkan berbagai kemungkinan alasan untuk memilih daerah ini sebagai ibukota Kerajaan Majapahit untuk di masa lalu. Berikut adalah beberapa pertimbangan:

a. Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur karena ada sedimen yang mengandung pasir vulkanik kuartal atau clastica pyroc kerikil. Bahan-bahan berasal dari gunung berapi di bagian selatan wilayah yang dikenal sebagai Kompleks Arjuna yang terdiri dari pegunungan vulkanik Anjasmoro, Welirang, dan Penanggunangan. The Anjasmoro Mountain adalah gunung tertua di area yang telah bergeser. Menjadi tidak stabil, batuan gunung dapat bergerak. Batuan ini bergerak menjadi aliran lumpur vulkanik ketika hujan hits daerah dan berkembang menjadi sebuah fluvio berbentuk kipas sedimen vulkanik. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa daerah Trowulan terletak di ujung kipas fluvio vulkanik. Selanjutnya, didukung oleh air Sungai Ginting dan Sungai Brangkal dan memiliki topografi datar yang kaya dengan sedimen vulkanik fluvio, daerah ini menyediakan sumber daya yang stabil dan subur untuk menopang kehidupan rakyat.

b. Setelah dekat dengan gudang air Sungai Brantas dan sungai kecil lainnya, daerah Trowulan memiliki akses yang mudah dengan daerah lain.

c. Kanal-kanal yang dibangun secara sistematis membedah kota Majapahit adalah hasil dari musyawarah yang bijaksana dan peradaban maju menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa iklim di usia yang di daerah Trowulan dan sekitarnya belum berubah secara signifikan dibandingkan dengan iklim hujan tropis yang sekarang dikategorikan sebagai tipe AW. Menurut Köppen, di bawah ini tipe iklim, curah hujan tinggi pada bulan-bulan hujan tidak dapat mengimbangi curah hujan yang rendah pada musim kemarau. (Sutikno, 1993). Pada kondisi ini, daerah Trowulan dan sekitarnya mungkin mengalami 4 sampai 6 bulan dari kekeringan dalam setahun. Meskipun memiliki dua sungai - Gunting Sungai dan Sungai Brangkal, di musim kemarau volume kedua sungai bisa menyusut dan sebaliknya terjadi pada musim hujan. Banjir dapat terjadi dan mengembangkan fan vulkanik fluvio (Sutikno, 1993). Oleh karena itu, angsuran sistem kanal tentu dibenarkan.

Dengan 20-40 meter-lebar kanal melintasi wilayah Majapahit, kota ini dirancang dengan pola yang terorganisir dengan bangunan terletak di bagian-bagian tertentu kota.

Setelah seperti sebuah kota yang terencana, Majapahit ternyata adalah pusat bagi pemerintah. Jaringan kanal di Situs Trowulan berselang-menyeberangi kota hampir tegak lurus. Rupanya kota Majapahit dikembangkan berdasarkan pola papan catur yang dibentuk oleh kanal-kanal yang relatif lurus dan tegak lurus yang membujur dari utara ke selatan dan dari barat ke timur. Jalannya saluran belum tentu sejajar dengan sumbu utara-selatan magnet bumi. Kanal -100 sedikit bergeser ke kanan, searah jarum jam dalam kuadran Cartesian. Tampaknya bahwa kanal yang disesuaikan dengan kondisi geografis. Dilihat dari jarak grid kanal di peta, di bagian barat, kanal-kanal utara-selatan yang terletak relatif lebih dekat satu sama lain dibandingkan dengan yang dibangun di bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa di zona mana kanal relatif dekat, daerah ini utlized untuk pemukiman, pusat kota dan istana raja. Sementara itu, kanal-kanal timur-barat yang dibangun lurus dan memotong bagian tengah sistem kanal memberikan bukti bahwa ada link untuk kegiatan sosial-budaya yang menghubungkan timur, barat, bagian utara dan selatan untuk bagian tengah kota. Kanal-kanal juga dihubungkan ke jaringan jalan yang dibangun sejajar dengan kanal baik pada satu atau kedua sisi kanal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem saluran dan bangunan air yang dibangun di era Majapahit menjabat sebagai fasilitas irigasi untuk pertanian dan digunakan untuk menyalurkan air ke dalam reservoir. Trowulan telah lima waduk yaitu Waduk Baureno, Kumitir Bendungan, Domas Bendungan, Bendungan Temon, Kraton Bendungan dan Bendungan Kedung Wulan. Selain bendungan, Trowulan memiliki tiga kolam buatan manusia diposisikan erat, yaitu Bunder Balong, Balong Dowo, dan Kolam Segaran. Bendungan ini berfungsi sebagai tempat penampungan air, untuk mengendalikan banjir, dan untuk mengelola kelembaban daerah tersebut.

d. Sebagai kota, Situs Trowulan memegang berbagai warisan budaya berbagai aspek kehidupan-baik sakral dan profan-yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Arsitektur dan patung relief pada struktur warisan di Trowulan Situs menampilkan keahlian dari para arsitek dan pengrajin dalam mengintegrasikan budaya eksotis dengan budaya lokal.

(V) Jadilah contoh yang luar biasa dari tipe bangunan, arsitektur atau ensemble lansekap dan teknologi yang menggambarkan tahap-tahap penting dalam pemukiman manusia tradisional, penggunaan lahan, atau budaya laut yang menunjukkan interaksi budaya (atau budaya), atau dari interaksi manusia dengan alam, terutama ketika telah menjadi rentan dengan dampak perubahan ireversibel;

Di masa lalu, sejarawan dan ahli kajian budaya hanya meneliti struktur kuno era Hindu-Buddha di Indonesia. Arkeolog dan arsitek cenderung fokus pada bangunan sakral yang dikenal sebagai candi. Sementara itu, hanya sedikit perhatian telah diberikan untuk mempelajari struktur non-kuil seperti pemukiman manusia, karena tidak ada struktur lengkap dari pemukiman manusia yang pernah ditemukan. Sebagai soal fakta, dari beberapa studi, tampak bahwa tidak jauh dari candi, ada jejak permukiman manusia di seluruh kompleks struktur candi yang telah diidentifikasi. Mundardjito dkk telah menemukan sisa-sisa pemukiman menuju selatan Bawongan Temple pada tahun 1976, dan menemukan situs pemukiman di sekitar kompleks Candi Borobudur, terletak di lapangan atas dan pemukiman di sebelah selatan dan barat daya dataran rendah candi Borobudur Candi di tahun 1970-. Melihat temuan ini, Boechari dalam artikelnya berjudul "Kuil dan" Lingkungan, mengusulkan hipotesis bahwa candi sebagai tempat ibadah tidak berdiri sendiri. Seiring dengan kuil-kuil yang berfungsi sebagai pusat ritual, terdapat pemukiman bagi masyarakat lokal, para imam dan pengurus candi (Boechari, 1977).

Selain permukiman kuno dalam kedekatan candi, Indonesia memiliki sebuah situs arkeologi yang jelas dalam menampilkan sisa-sisa pemukiman manusia dalam skala kota-the-Situs Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur. Memiliki cakupan wilayah seperti luas, situs Trowulan rumah kekayaan warisan berupa candi, gateway, struktur air, waduk, kanal sistem, unsur-unsur konstruksi, ribuan terakota dan keramik alat yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Di antara temuan ini, ada banyak situs dari sisa-sisa pemukiman manusia yang juga terungkap. Menurut Soekmono, dari Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang sudah ada sebelum Kerajaan Islam (sebelum 1500 AD), hanya Kerajaan Majapahit (ke-14 sampai abad ke-16 Masehi) telah memberikan peninggalan pemukiman manusia di Situs Trowulan. Menghasilkan seperti warisan yang kaya, situs Trowulan dianggap oleh banyak ahli sebagai sangat penting dan langka.
Satements keaslian dan / atau integritas

Situs Trowulan banyak memiliki nilai yang signifikan sebagai berikut:
  1. Situs Trowulan memiliki nilai ilmiah sangat diperlukan sebagai sumber analogi untuk mempelajari masa lalu.
  2. Kota Majapahit adalah salah satu contoh klasik sebuah pemukiman kota di Indonesia yang berfungsi sebagai acuan untuk mempelajari kota-kota kuno lainnya di Asia Tenggara dan kota-kota lebih kuno di Indonesia (Mataram kuno) dalam hal perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup dan lainnya aspek.
  3. Situs Trowulan memiliki nilai-nilai relatif dan teknis.
  4. Unsur-unsur utama dari penyelesaian kota Majapahit seperti Kolam Segaran, kanal-kanal adalah bukti bahwa pemahaman signifikan tehre teknologi hidrolik dan nilai seni tinggi dari segi konsep, teknik dan metode yang telah diakuisisi oleh nenek moyang Indonesia di masa lalu .
  5. Situs Trowulan memiliki identitas yang kuat serta nilai-nilai sosial
  6. Pemukiman di kota Majapahit berkaitan erat dengan sebuah kontinum pemukiman tradisional budaya Bali di era kemudian, di mana kedua permukiman menunjukkan cara agraria asli hidup orang Indonesia.
  7. Situs Trowulan memiliki nilai pendidikan.
Penyelesaian kota Majapahit memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai media pendidikan bagi generasi sekarang dan masa depan. Hal itu dapat berfungsi sebagai alat untuk meneruskan nilai-nilai kearifan lokal yang mencerminkan tradisi untuk memahami dan keseimbangan budaya dengan konservasi alam.

Perbandingan dengan sifat serupa lainnya

Pola kota Trowulan tidak cocok sama karena merupakan warisan hanya situs yang komprehensif yang dapat ditemukan di Indonesia.

Tiada ulasan: