Saat-saat menjelang musim panen tembakau, komunitas petani memang memiliki waktu yang cukup untuk memacu sapi piaraannya. Selain di lapangan desa di mana mereka tinggal, para pemilik sapi pacu ini juga menggelar ajang karapan sapi antar desa.
Seperti yang dilakukan kalangan petani di Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Mereka bersenang-senang lewat ajang karapan sapi sekaligus melepas penat setelah tiga bulan merawat ladang tembakau miliknya.
Sebelum memacu sepasang sapi jantan di arena sepanjang 100 meter, para pemilik sapi tampak memberi kayu pelana yang dalam bahasa Madura disebut sebagai tongko’an. Diatas kayu pelana ini, sang joki berdiri dan siap mengendalikan sapi pacu ini.
Sesaat menjelang masuk garis start, sekujur tubuh sepasang sapi ini dimandikan dengan cairan spirtus. Ekor sapi diikat dengan tali karet berduri. Di ujung ekor diberi gelang berpaku. Sedangkan di bagian pantat sapi dioles dengan balsam. Semuanya itu dimaksudkan agar sapi bisa melaju kencang mengalahkan lawannya sampai garis finish.
Ajang karapan sapi ini diikuti 30 pasangan sapi pacu. Meski hanya memperebutkan sebuah tropi yang tak bernilai, namun ajang karapan sapi di Lapangan Desa Pakong ini tetap menyedot perhatian ribuan orang warga setempat.
Menurut Samsul Bahri, karapan kali ini memang dijadikan arena menyambut musim panen tembakau. Karapan sapi kali ini juga dipersiapkan sebagai ajang latihan sapi pacu untuk berlaga di ajang yang lebih besar.
Semisal, karapan sapi tingkat kabupaten yang bakal digelar dalam kaitan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 tahun ini, dan ajang karapan sapi yang memperebutkan Piala Presiden pada bulan Oktober nanti.
sumber : www.mahaka.tv
Photo : Campbell Bridge
Seperti yang dilakukan kalangan petani di Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Mereka bersenang-senang lewat ajang karapan sapi sekaligus melepas penat setelah tiga bulan merawat ladang tembakau miliknya.
Sebelum memacu sepasang sapi jantan di arena sepanjang 100 meter, para pemilik sapi tampak memberi kayu pelana yang dalam bahasa Madura disebut sebagai tongko’an. Diatas kayu pelana ini, sang joki berdiri dan siap mengendalikan sapi pacu ini.
Sesaat menjelang masuk garis start, sekujur tubuh sepasang sapi ini dimandikan dengan cairan spirtus. Ekor sapi diikat dengan tali karet berduri. Di ujung ekor diberi gelang berpaku. Sedangkan di bagian pantat sapi dioles dengan balsam. Semuanya itu dimaksudkan agar sapi bisa melaju kencang mengalahkan lawannya sampai garis finish.
Ajang karapan sapi ini diikuti 30 pasangan sapi pacu. Meski hanya memperebutkan sebuah tropi yang tak bernilai, namun ajang karapan sapi di Lapangan Desa Pakong ini tetap menyedot perhatian ribuan orang warga setempat.
Menurut Samsul Bahri, karapan kali ini memang dijadikan arena menyambut musim panen tembakau. Karapan sapi kali ini juga dipersiapkan sebagai ajang latihan sapi pacu untuk berlaga di ajang yang lebih besar.
Semisal, karapan sapi tingkat kabupaten yang bakal digelar dalam kaitan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 tahun ini, dan ajang karapan sapi yang memperebutkan Piala Presiden pada bulan Oktober nanti.
sumber : www.mahaka.tv
Photo : Campbell Bridge
Tiada ulasan:
Catat Ulasan