SEATO REDEMPTUS a CRUCE
Pierre Berthalot - demikian nama St.Dionisius- Lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600 dari keluarga pelaut. Ketika berusia 19 tahun, is sudah menjadi seorang pelaut ulung dan pernah berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Namun, terdorong oleh keinginan untuk mencari arti hidup yang lebih mendalam. Pierres lalu memutuskan untuk hidup membiara di biara Karmel dan berubah nama menjadi Dionisius a Nativitate.
Di biara Karmel itulah ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang Bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan Koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari keluarga tani yang taat dan saleh
Suatu ketika. Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani, untuk menjalin persahabatan Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Karena itu, ia dipercepat dltahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Atfonso Mendez. Bruder Redemptus ikut dalam perjalanan itu sebagai pembantu. Mereka beserta rombongan berangkat ke Aceh pada tanggal 25-09-1638 dengan 3 buah kapal dan berlabuh di Ole-Ole (kini Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Keramahan orang Aceh ternyata hanya tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani, dengan menyebar isu bahwa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan rakyat Muslim Aceh Mereka semua lalu ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Dionisius dan Redemptus menghibur dan terus meneguhkan iman saudara-saudaranya. Mereka dihukum karena beriman Katolik. Sebelum dibunuh, mereka semua berdoa, Pater Dionisius memperlihatkan salib agar mereka semua bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus yang Tersalib dan yang telah menebus dosa-dosa mereka memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu lalu dimulailah pembantaian massal itu pada 29-11-1638.
Sepeninggal teman-ternannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat sehingga algojo-algojo semakin beringas untuk segera membunuhnya. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tak ada yang berani. Dionisius berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martil dikabulkan. Akhirmya, di tangan seorang algojo Kristen Malaka yang murtad, Dionisius wafat dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius, dkk disahkan Tuhan mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur. Menurut saksi mata, satiap kali dibuang (ke laut dan tengah hutan). jenazah Dionisius selalu kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya, jenazahnya dimakamkan dengan hormat di Pulau Dien (pulau buangan) lalu dipindahkan ke Goa, India Bersama Redemptus, Dionisius diberi gelar 'beato' pada tahun 1900 Pestanya: 1 Desember (Ursula)
Pierre Berthalot - demikian nama St.Dionisius- Lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600 dari keluarga pelaut. Ketika berusia 19 tahun, is sudah menjadi seorang pelaut ulung dan pernah berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Namun, terdorong oleh keinginan untuk mencari arti hidup yang lebih mendalam. Pierres lalu memutuskan untuk hidup membiara di biara Karmel dan berubah nama menjadi Dionisius a Nativitate.
Di biara Karmel itulah ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang Bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan Koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari keluarga tani yang taat dan saleh
Suatu ketika. Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani, untuk menjalin persahabatan Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Karena itu, ia dipercepat dltahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Atfonso Mendez. Bruder Redemptus ikut dalam perjalanan itu sebagai pembantu. Mereka beserta rombongan berangkat ke Aceh pada tanggal 25-09-1638 dengan 3 buah kapal dan berlabuh di Ole-Ole (kini Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Keramahan orang Aceh ternyata hanya tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani, dengan menyebar isu bahwa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan rakyat Muslim Aceh Mereka semua lalu ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Dionisius dan Redemptus menghibur dan terus meneguhkan iman saudara-saudaranya. Mereka dihukum karena beriman Katolik. Sebelum dibunuh, mereka semua berdoa, Pater Dionisius memperlihatkan salib agar mereka semua bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus yang Tersalib dan yang telah menebus dosa-dosa mereka memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu lalu dimulailah pembantaian massal itu pada 29-11-1638.
Sepeninggal teman-ternannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat sehingga algojo-algojo semakin beringas untuk segera membunuhnya. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tak ada yang berani. Dionisius berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martil dikabulkan. Akhirmya, di tangan seorang algojo Kristen Malaka yang murtad, Dionisius wafat dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius, dkk disahkan Tuhan mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur. Menurut saksi mata, satiap kali dibuang (ke laut dan tengah hutan). jenazah Dionisius selalu kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya, jenazahnya dimakamkan dengan hormat di Pulau Dien (pulau buangan) lalu dipindahkan ke Goa, India Bersama Redemptus, Dionisius diberi gelar 'beato' pada tahun 1900 Pestanya: 1 Desember (Ursula)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan