Pada mulanya Gereja St. Mikael hanya sebagai salah satu stasi dari Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria. Namun karena wilayahnya cukup luas dan jumlah umat pada masa itu sudah cukup banyak, maka pada tahun 1947 (dimasa penjajahan Belanda) telah diputuskan untuk mendirikan Gereja baru di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak dan memilih Santo Mikael untuk menjadi pelindungnya. Demikianlah Gereja baru ini diberi nama Gereja Santo Mikael, Tanjung Perak Surabaya.
Romo pertama yang bertugas di stasi Santo Mikael adalah Romo J. Holtus, CM, dengan jumlah umat sekitar 50 orang, yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Belanda. Untuk merayakan Ekaristi suci pada hari Minggu dan hari-hari besar Gereja, sementara menggunakan asrama tentara yang terletak di sudut jalan Jakarta dan jalan Kebalen Timur, mengingat waktu itu stasi belum mempunyai gedung Gereja.
Pada tahun 1952, Romo J. Holtus, CM diganti oleh Romo H. Kock, CM dan tempat ibadah dipindahkan ke tempat baru yaitu sebuah gedung semi permanen bekas gudang mesiu tentara Jepang, berukuran 30m x 8m, yang terletak di Colombo Straad atau sekarang dikenal Jl. Tanjung Sadari 47. Bangunan tersebut mampu menampung + 200 orang. Dalam waktu singkat perkembangan jumlah umat cukup menggembirakan, terutama orang-orang yang datang dari pedalaman atau luar pulau Jawa, walaupun sudah dikurangi dengan orang-orang Belanda yang sudah kembali ke negerinya, bangunan Gereja sudah tidak dapat lagi menampung jumlah umat yang beribadat.
Belum sempat memikirkan untuk membangun gedung Gereja baru, pada tanggal 19 Desember 1959, seminggu sebelum perayaan Natal, tepat pk 18.30 angin taufan yang sangat kencang sekonyong-konyong datang merobohkan dan menghancurkan seluruh gedung Gereja. Bersyukur bencana tersebut tidak menelan korban jiwa, hanya sebatas luka-luka ringan yang dialami oleh anggota Koor yang saat itu sedang berlatih menyiapkan lagu-lagu untuk perayaan Natal.
Dalam peristiwa roboh dan hancurnya bangunan Gereja tersebut, ada satu benda yaitu patung Bunda Maria tetap tegak berdiri dalam keadaan utuh ditengah reruntuhan gedung Gereja, sedangkan Hosti Kudus yang berada didalam tabernakel diselamatkan oleh Romo H. Kock, CM ke Gereja Kelahiran Perawan Maria. Sekarang patung Bunda Maria tersebut ditempatkan didalam Gereja Santo Mikael.
Adanya peristiwa tersebut diatas mendorong umat segera memikirkan dan berupaya untuk membangun gedung Gereja baru. Berkat partisipasi aktif dan kerja keras dari seluruh lapisan umat, dalam waktu relatif singkat + selama 1 tahun, tepatnya pada tahun 1960, Gereja baru sudah berdiri diatas areal tanah seluas 100m x 100m, terletak di sebelah barat gedung Gereja lama, yang sekarang dikenal dengan nama Jl. Tanjung Sadari 49 Surabaya. Dengan berdirinya gedung Gereja yang baru, maka pada tanggal 1 Januari 1961, stasi Perak ditingkatkan statusnya menjadi Paroki yaitu Paroki Santo Mikael, Tanjung Perak Surabaya, dengan Romo H. Kock, CM sebagai Romo Paroki.
Karena usia Romo H. Kock, CM semakin tua dan kesehatannya sering terganggu, maka awal tahun 1966 beliau kembali ke negeri Belanda dan untuk sementara diganti oleh Romo A.V. Rijnsoever, CM yang bertugas di Paroki St. Mikael sekitar setengah tahun. Pertengahan tahun 1966, Romo J. Holtus, CM kembali ke Paroki St. Mikael. Romo J. Holtus, CM adalah Romo yang sampai saat ini tercatat paling lama bertugas di Paroki St. Mikael. Beliau baru diganti pada tahun 1980 oleh Romo L.V. Cahyo Kusuma, CM. Tahun 1985 Romo Cahyo Kusuma, CM diganti oleh Romo Philipo Catini, CM. Tahun 1990 Romo Philipo Catini, CM dipindahkan ke Ngawi.
Sejak ditinggalkan Romo Philipo Catini, CM, Paroki St. Mikael sempat mengalami kekosongan Pastor, yaitu mulai bulan Januari 1991 s/d April 1991, untuk mengisi kekosongan Pastor tersebut, telah ditugaskan Romo Haryo Subiyanto, CM sebagai Romo pengganti sementara di Paroki St. Mikael. Mulai bulan Mei 1995, Romo B. Martokusuma, CM ditempatkan sebagai Romo Paroki St. Mikael. Menjelang akhir tahun 1998, Romo B. Martokusuma, CM digantikan oleh Romo Stanislaus O. Beda, CM sampai dengan tahun 2001.
Pada waktu Romo Stanislaus terjadi pembangunan Pastoran baru dan renovasi SD & SMP Katolik St. Mikael. Selanjutnya Romo Stanislaus digantikan oleh Romo B. Bani Suatmadji, CM sampai akhir September 2008. Pada waktu Romo Bani, telah dilakukan renovasi total terhadap bangunan Gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1960 dan juga balai pertemuan atau joglo serta gua Maria.
Romo pertama yang bertugas di stasi Santo Mikael adalah Romo J. Holtus, CM, dengan jumlah umat sekitar 50 orang, yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Belanda. Untuk merayakan Ekaristi suci pada hari Minggu dan hari-hari besar Gereja, sementara menggunakan asrama tentara yang terletak di sudut jalan Jakarta dan jalan Kebalen Timur, mengingat waktu itu stasi belum mempunyai gedung Gereja.
Pada tahun 1952, Romo J. Holtus, CM diganti oleh Romo H. Kock, CM dan tempat ibadah dipindahkan ke tempat baru yaitu sebuah gedung semi permanen bekas gudang mesiu tentara Jepang, berukuran 30m x 8m, yang terletak di Colombo Straad atau sekarang dikenal Jl. Tanjung Sadari 47. Bangunan tersebut mampu menampung + 200 orang. Dalam waktu singkat perkembangan jumlah umat cukup menggembirakan, terutama orang-orang yang datang dari pedalaman atau luar pulau Jawa, walaupun sudah dikurangi dengan orang-orang Belanda yang sudah kembali ke negerinya, bangunan Gereja sudah tidak dapat lagi menampung jumlah umat yang beribadat.
Belum sempat memikirkan untuk membangun gedung Gereja baru, pada tanggal 19 Desember 1959, seminggu sebelum perayaan Natal, tepat pk 18.30 angin taufan yang sangat kencang sekonyong-konyong datang merobohkan dan menghancurkan seluruh gedung Gereja. Bersyukur bencana tersebut tidak menelan korban jiwa, hanya sebatas luka-luka ringan yang dialami oleh anggota Koor yang saat itu sedang berlatih menyiapkan lagu-lagu untuk perayaan Natal.
Dalam peristiwa roboh dan hancurnya bangunan Gereja tersebut, ada satu benda yaitu patung Bunda Maria tetap tegak berdiri dalam keadaan utuh ditengah reruntuhan gedung Gereja, sedangkan Hosti Kudus yang berada didalam tabernakel diselamatkan oleh Romo H. Kock, CM ke Gereja Kelahiran Perawan Maria. Sekarang patung Bunda Maria tersebut ditempatkan didalam Gereja Santo Mikael.
Adanya peristiwa tersebut diatas mendorong umat segera memikirkan dan berupaya untuk membangun gedung Gereja baru. Berkat partisipasi aktif dan kerja keras dari seluruh lapisan umat, dalam waktu relatif singkat + selama 1 tahun, tepatnya pada tahun 1960, Gereja baru sudah berdiri diatas areal tanah seluas 100m x 100m, terletak di sebelah barat gedung Gereja lama, yang sekarang dikenal dengan nama Jl. Tanjung Sadari 49 Surabaya. Dengan berdirinya gedung Gereja yang baru, maka pada tanggal 1 Januari 1961, stasi Perak ditingkatkan statusnya menjadi Paroki yaitu Paroki Santo Mikael, Tanjung Perak Surabaya, dengan Romo H. Kock, CM sebagai Romo Paroki.
Karena usia Romo H. Kock, CM semakin tua dan kesehatannya sering terganggu, maka awal tahun 1966 beliau kembali ke negeri Belanda dan untuk sementara diganti oleh Romo A.V. Rijnsoever, CM yang bertugas di Paroki St. Mikael sekitar setengah tahun. Pertengahan tahun 1966, Romo J. Holtus, CM kembali ke Paroki St. Mikael. Romo J. Holtus, CM adalah Romo yang sampai saat ini tercatat paling lama bertugas di Paroki St. Mikael. Beliau baru diganti pada tahun 1980 oleh Romo L.V. Cahyo Kusuma, CM. Tahun 1985 Romo Cahyo Kusuma, CM diganti oleh Romo Philipo Catini, CM. Tahun 1990 Romo Philipo Catini, CM dipindahkan ke Ngawi.
Sejak ditinggalkan Romo Philipo Catini, CM, Paroki St. Mikael sempat mengalami kekosongan Pastor, yaitu mulai bulan Januari 1991 s/d April 1991, untuk mengisi kekosongan Pastor tersebut, telah ditugaskan Romo Haryo Subiyanto, CM sebagai Romo pengganti sementara di Paroki St. Mikael. Mulai bulan Mei 1995, Romo B. Martokusuma, CM ditempatkan sebagai Romo Paroki St. Mikael. Menjelang akhir tahun 1998, Romo B. Martokusuma, CM digantikan oleh Romo Stanislaus O. Beda, CM sampai dengan tahun 2001.
Pada waktu Romo Stanislaus terjadi pembangunan Pastoran baru dan renovasi SD & SMP Katolik St. Mikael. Selanjutnya Romo Stanislaus digantikan oleh Romo B. Bani Suatmadji, CM sampai akhir September 2008. Pada waktu Romo Bani, telah dilakukan renovasi total terhadap bangunan Gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1960 dan juga balai pertemuan atau joglo serta gua Maria.
Sekarang Rm.Noel yang menggembalakan umat paroki Santo Mikael, mari kita dukung pelayanan beliau. Semoga Tuhan Yesus Kristus slalu menyertai langkah hidup kita sekarang dan selama-lamanya. Amin
Tiada ulasan:
Catat Ulasan